Perkembangan Motorik Pada Anak
Pada kesemapatan ini saya Yohanna Dwi Astuti akan menyelesaikan tugas riview jurnal. Pada kali ini jurnal yang saya ambil membahas topik mengenai perkembangan motorik pada anak. masih banyak orang tua yang tidak paham dengan perkembangan anak, terutama perkembangan motorik pada anak. makadari itu saya akan membahas tentang perkembangan motorik pada anak.
Perkembangan merupakan proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh kearah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi sesuai kemauan fungsinya masing-masing (Encep Sudirjo, 2018). Periode emas atau usia dini (Golden Age Period) merupakan masa usia yang sangat tepat utuk perkembangan anak yang meliputi aspek fisik, kognitif, emosi dan sosial. Periode emas atau usia dini anak berada difase dimana mereka merasakan perasaan yang membuat mereka penasaran dengan segala hal dan rasa ingin tau terhadap suatu hal, hal ini disebabkan karena masa ini terjadinya perkembangan otak yang dikenal sebagai periode pacu otak (Brain Growth Spurt) dimana otak mengalami perkembangan yang sangat cepat.
Perkembangan (devolopment) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematatangan atau maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih 2017). Perkembangan motorik merupakan kemampuan manusia dalam mengontrol gerak yang dimana otot dapat digerakan sesuai dengan perintah otak atau sistem saraf pusat, perkembangan motorik merupakan gerakan yang mempermudah seseorang dalam kontrol tubuhnya. Perkembangan motorik terjadi saat usia balita dan perkembangan motorik sangat penting karena untuk bertindak dalam segala sesuatu yang ada disekitar yang berkaitan dengan lingkungan.
Keterampilan motorik halus pada anak prasekolah harus distimulasi melalui proses latihan dan berkelanjutan serta tepat sasaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa perkembangan motorik halus anak tidak sama antara yang satu anak dengan anak yang lainnya. Oleh sebab itu perlu upaya pengembangan terhadap kemampuan motorik anak agar anak dapat melakukan kegiatan sehari-hari (Erlina Pratiwi 2017). Keterampilan motorik halus pada anak dapat berbeda, ada yang terlambat perkembangannya ada juga yang cepat perkembangannya, maka dari itu peran orang tua sangatlah penting bagi anak. perkembangan anak dapat terjadi dari beberapa faktor yaitu secara faktor internal atau faktor eksternal. faktor internal seperti genetik atau pengaruh hormon, faktor eksternal dapat terjadi dari stimulasi yang ditimbulkan oleh orang tua, lingkungan dan maupun pengaruh budaya. Salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan
kecerdasan anak adalah dengan stimulasi. Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari
lingkungan diluar individu seorang anak, antara lain berupa latihan dan bermain (Narendra,
2010).
Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi
gerak dasar lokomotor serta nonlokomotor (Widarmi, 2011). Perkembangan motorik kasar anak
yang tidak optimal bisa menyebabkan menurunnya kreatifitas anak dalam beradaptasi.
Perkembangan motorik kasar yang lambat bisa disebabkan oleh beberapa hal yang salah satu
penyebabnya adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskuler. (Adriana, 2011). Dampak gangguan perkembangan motorik kasar dapat menyebabkan minat anak dalam belajar berkurang, retardasi mental, gangguan perkembangan koordinasi, Kurang mampunya anak melakukan aktivitas secara mandiri, dll (Soetjiningsih 2017). Peran orang tua terutama ibu sangat penting bagi perkembangan anak sedini mungkin dan memberikan stimulasi yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock 2011). Cara deteksi perkembangan anak yaitu dengan Denver Development Screening Test (DDST) untuk usia 0-6 tahun. DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi (Soetjiningsih 2017).
Perkembangan motorik kasar pada balita merupakan perkembangan yang meliputi, berjalan dengan satu tangan dipegang. Berjalan naik tangga dengan satu tangan berpegangan. Naik dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah. Melompat dengan kedua kaki. Berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik dan melompat dan meloncat pada satu kaki(Wong, 2004). Menurut Gustian (2001), perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih dalam mengeksplorasi lingkungannya. Hal ini menjelaskan mengapa perkembangan fisik berkaitan erat dengan perkembangan mental intelektual anak. Kegagalan untuk menguasai keterampilan motorik akan
membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri. Perkembangan motorik pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor keluarga yaitu pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya (Andayani, 2010). Shanti (2008), mengatakan bahwa pola asuh merupakan gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam berinteraksi dengan anak. Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak adalah sebuah cara yang digunakan dalam proses interaksi yang berkelanjutan antara orang tua dan anak untuk membentuk hubungan yang
hangat, dan memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan anak yang meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan kemampuan sosial sesuai dengan tahap perkembangannya (Supartini, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Endra Krisdiyanto, Arwani dan Purnomo (2013) dari Wonosobo yang meneliti tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 3-5 tahun didapatkan bahwa, dari 32 responden orang tua didapatkan hasil pola asuh orang tua yang banyak dilakukan terhadap anaknya yaitu pola asuh demokratis (56.2%), sedangkan pola asuh paling sedikit dilakukan oleh orang tua yaitu pola asuh laizze faire (9.4%)
Daftar Pustaka:
Andriani, Marlina. 2015. “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja
Afifah, Nisrina, and Roro Rukmi Windi Perdani. 2018. “Hubungan Stimulasi Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus Dan Personal Sosial Anak Usia 0-3 Tahun Di Kelurahan Penengahan Raya Kecamatan Kedaton Bandar Lampung.” Majority 7(2).
Etri Yanti, Nova Fridalni. "Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah"
Komentar
Posting Komentar